Menurut Reinhard, memang sebelumnya anggota Satpol-PP ini belum memiliki kompetensi yang humanis.
Sehingga dengan adanya pelatihan pengembangan kompetensi ini, diharapkan mereka akan memiliki pengetahuan melalui berbagai langkah pendekatan kepada masyarakat dalam penegakan Perda (Peraturan daerah). Salah satunya dapat meningkatkan pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat,jelasnya.
Bahkan kami juga melihat narasumber (instruktur) yang memberikan pelatihan ini merupakan mereka yang memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing.
Narasumber ada dosen dari Universitas Muhammadiyah Sorong, Polres Sorong, TNI, tokoh wanita.
Pada kegiatan kali ini kita libatkan juga dari tokoh wanita sebagai salah satu narasumber agar bagaimana-pun di lapangan kita hadapi mama-mama, baik yang di pasar maupun berjualan di kaki lima, aku Reinhard.
“Kita libatkan narasumber dari tokoh wanita, dengan harapan saat bertugas di lapangan anggota kita telah memiliki pengetahuan bagaimana bisa mengatasi berbagai kendala yang akan terjadi,” sebutnya.
Selain itu, kita tetap mempertimbangkan budaya kearifan lokal, sehingga kita juga libatkan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Sorong.
Kemudian kita juga melibatkan salah satu perwakilan pedagang, juga tokoh agama. Dengan harapan, apa yang diminta masyarakat, terkait dengan tugas dan pelayanan dari Satpol PP dalam penegakan Perda itu seperti apa.
Jadi, menurut hemat saya pelatihan Satpol-PP yang humanis selama dua hari saja belum cukup.
Apalagi kita bicara pelatihan yang representatip, seyogianya waktu yang dibutuhkan sekitar 14 hari. Kalau meang kita mau benahi Satpol-PP dengan baik.
“Karena ini lokus bentuk karakter mental para anggota, dengan adanya pelatihan dua hari ini juga sangat berarti, dan bentuk kegiatan berikutnya akan diluncurkan pada 16 Juni yang akan datang oleh Wakil Bupati Sorong,” tambah Reihanrd, yang juga keseharinnya masih menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Pemerintahan. (kk/2020)